Informasi › Artikel
  • Wereng Hijau Pembawa Virus Penyebab Penyakit Tungro

    Admin

    Kamis, 13 September 2018 00:00 WITA

    Wereng Hijau Pembawa Virus Penyebab Penyakit Tungro
    Foto : Wereng Hijau Pembawa Virus Penyebab Penyakit Tungro
    Keberhasilan peningkatan produksi pertanian seringkali menghadapi berbagai kendala. Salah satu kendala yang sangat merugikan adalah adanya serangan hama yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi bahkan mengalami gagal panen. Wereng hijau salah satu hama penting pada tanaman padi. Selain mempunyai kemampuan merusak tanaman, wereng hijau juga mampu menyebarkan virus penyebab penyakit tungro. Hama wereng hijau banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak pada ekosistem padi gogo.
     
    Fase kehidupan wereng hijau
    Kehidupan wereng hijau sebagai hama di mulai dari telur – nimfa – wereng dewasa, dengan ciri-ciri sebagai berikut  :
     
    1) Fase telur
    Wereng hijau meletakkan telurnya pada pelepah daun tanaman padi, dengan warna telur putih kekuningan, berbentuk lonjong dan berderet seperti sisir pisang. Telur akan menetas di pagi hari sampai siang hari pada saat suhu udara masih dalam keadaan hangat. Telur akan menjadi nimfa membutuhkan waktu paling lama sekitar 7-10 hari.
     
    2) Fase Nimfa
    Nimfa wereng hijau mengalami 5 perubahan atau 5 instar dalam waktu 13-18 hari. Nimfa yang masih muda mempunyai warna putih kekuningan, kemudian akan berganti kulit menjadi kuning atau hijau kekuningan hingga hijau terang. Nimfa akan menyebar keseluruh bagian tanaman, sedangkan diwaktu hari sudah panas nimfa tanaman ini bersebunyi dibagian bawah tanaman padi.
     
    3) Fase Dewasa
    Wereng dewasa cenderung berwarna hijau dengan beberapa corak hitam pada ujung sayapnya. Wereng dewasa mampu hidup selama 20-30 hari sebelum ia kembali bertelur. Wereng dewasa aktif pada malam hari dan tertarik pada cahaya. Fase nimfa dan dewasa dari wereng hijau akan merusak tanaman padi dengan cara menghisap cairan daun pada bagian pinggir ataupun bagian tengah daun, sehingga mengakibatkan kerusakan tinggi pada fase vegetatif. Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh hama wereng hijau menyebabkan daun tanaman akan menguning atau kuning oranye, berkurangnya daya tumbuh terhadap jumlah anakan dan menghambat pertumbuhan tanaman secara total sehingga tanaman terlihat kerdil atau pendek.
     
    Penyebab Meningkatnya Populasi Wereng Hijau
     
    Hama wereng hijau lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan pada musim kemarau. Kepadatan populasi akan semakin tinggi pada pertumbuhan tanaman yang ditanam dengan pola tanam padi tidak serentak dan pada budidaya tanaman yang tidak ada pergiliran tanaman (padi-padi-padi) serta pada tanaman yang mendapatkan pemupukan unsur nitrogen yang tinggi akan memicu perkembangan hama ini. Disamping itu aktifitas terbang wereng hijau yang tinggi, mengakibatkan keberadaan hama ini dapat menyebar pada areal yang luas. Sebagai pembawa virus penyebab penyakit tungro keberadaan hama ini di lapangan tidak boleh diabaikan begitu saja. Hal ini dikarenakan meskipun populasi wereng hijau rendah di lapangan tetapi apabila telah membawa virus penyebab penyakit tungro maka kerusakan tanaman akan semakin tinggi. Tanaman yang terserang penyakit tungro dapat menyebabkan jumlah anakan dan gabah bernas berkurang, sehingga tanaman tidak dapat mencapai potensi produksi. Untuk itu keberadaan wereng hijau di lapangan perlu untuk dikendalikan, agar kerusakan tanaman yang diakibatkan tidak menurunkan produksi tanaman.
     
    Pengendalian Hama Wereng Hijau
     
    Teknik pengendalian wereng hijau dapat dilakukan dengan mengintegrasikan teknik pengendalian penyakit tungro,sesuai tahapan budidaya padi, yang dapat dilakukan pada  :
     
    1) Fase Pra Tanam
     
    Pengendalian pada fase ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan wereng hijau dan tahan virus. Anjuran penggunaan varietas untuk Jawa Barat adalah varietas IR20, IR30, IR26, IR46, IR32, IR36, IR38, IR47, IR66, IR68, IR70, IR72, Citarum, Serayu, Semeru, Ciliwung, Asahan, Krueng Aceh, Bengawan Solo, Barumun dan Klara. DI Yogyakarta dapat menggunakan varietas IR32, IR36, IR38, IR47, IR66, IR68, IR70, IR72, Semeru, Ciliwung, Asahan, Krueng Aceh, Bengawan Solo, Barumun dan Klara. Jawa Timur dan Bali dianjurkan varietas yang digunakan adalah IR66, IR68, IR70, IR72, Barumun dan Klara, dan untuk Jawa Tengah dapat digunakan semua varietas. Adapun untuk NTB dianjurkan varietas yang ditanam adalah Tukad, Balian, Tukad Petanu, Tukad Unda, Kalimas, Bondoyudo.
     
    Eradikasi (pencabutan) gulma sampai bersih terutama gulma teki dan enceng.
     
    Penyebaran benih di persemaian setelah lahan bersih dari gulma yang dilakukan secara sistem tabela (sistem tabur benih langsung).
    2) Fase Vegetatif
     
    Pengendalian pada fase vegetatif dilakukan dengan menekan aktifitas pemencaran dan kepadatan populasi wereng hijau agar tidak menjadi pembawa virus penyebab penyakit tungro, dengan cara :
     
    Penanaman legowo dua baris atau empat baris;
    Aplikasi jamur entomopatogen Beauveria bassiana dan Metharizium anisopliae yang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan diulang pada 6 MST.
     
    Tetap memberikan pengairan pada pertanaman. Pengeringan sawah tidak dianjurkan karena kondisi kering akan merangsang pemencaran wereng hijau sehingga memperluas dan mempercepat penyebaran tungro;
     
    Aplikasi antifidan nabati sambiloto dan imidacloprid. Aplikasi antifidan nabati sambiloto dan imidacloprid ini dapat dilakukan jika pada umur 2 MST ditemukan 5 dari 10.000 rumpun tanaman bergejala tungro atau 3 MST ditemukan 1 dari 1.000 rumpun tanaman bergejala tungro.

    Bagikan
...

TENTANG

Pemerintah Kabupaten Badung

Ini adalah website resmi Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, Indonesia.

Alamat
Jl.Raya Sempidi, Mangupura, Badung, 80351 Bali.

Media Sosial

KONTAK KAMI

  • Jl.Raya Sempidi, Mangupura, Badung, 80351 Bali.

  • (0361) 9009333

  • setda@badungkab.go.id

  • www.badungkab.go.id

FACEBOOK